9 September 2014

The Exorcism of Emily Rose (2005)

Gambutrol vs Eksorsisme, Epilepsi atau Kerasukan ?
<img src="The Exorcism of Emily Rose.jpg" alt="The Exorcism of Emily Rose Cover">
Skor       :  9.0 / 10
The Exorcism of Emily Rose (2005) on IMDb 
Sinopsis :
Father Moore (Tom Wilkinson), seorang pastor (pemuka agama Katolik) dihadapkan pada sebuah kasus yang menyeretnya ke meja hijau. Pengadilan menilai Father Moore telah melakukan kelalaian dengan melakukan pengusiran setan (eksorsisme) terhadap seorang gadis bernama Emily Rose (Jennifer Carpenter) yang justru pada akhirnya malah menyebabkan kematian Emily. Emily adalah pelajar yang cerdas, penerima beasiswa di sebuah universitas. Kehidupan Emily tidak berbeda jauh dengan gadis-gadis remaja usianya, sangat ceria. Namun pada suatu malam, ketika Emily seorang diri dalam kamar asramanya, Emily mengalami kejadian yang sangat mengerikan. Sejak kejadian itu, Emily merasa selalu dihantui, apa yang dilihat di sekitarnya berubah menjadi menakutkan. Emily juga mulai melakukan hal-hal yang aneh dan tidak wajar.

Oleh pihak medis, gejala-gejala Emily didiagnosa sebagai serangan epilepsi. Emily harus mengkonsumsi Gambutrol untuk meredam epilepsi. Sementara itu, Emily dan keluarganya yang sangat agamis merasa ada kekuatan jahat yang berusaha menguasai Emily. Mereka kemudian meminta bantuan Father Moore untuk melakukan eksorsisme terhadap Emily dengan persetujuan Emily sendiri. Father Moore mulai menghentikan pemakaian Gambutrol dan melakukan eksorsisme terhadap Emily. Namun apa yang terjadi pada Emily semakin bertambah dahsyat saja. Emily dapat berbicara dalam banyak bahasa dengan intonasi dan suara yang berubah-ubah. Ia tidak mau makan dan kondisinya semakin mengenaskan hingga akhirnya mati. Tepat setelah kematian Emily, Father Moore ditangkap dan ditahan.

<img src="The Exorcism of Emily Rose.jpg" alt="The Exorcism of Emily Rose Emily Rose">
Emily Rose

Seorang pengacara ternama, Erin Brunner (Laura Linney) diminta oleh Keuskupan Agung melalui agen firmanya untuk membela Father Moore di pengadilan. Awalnya Erin menolak, tapi karena sebuah tawaran yang menggiurkan Erin menerimanya. Tapi kasus Father Moore bukanlah kasus yang mudah. Erin harus berhadapan dengan seorang jaksa penuntut, Ethan Thomas (Campbell Scott). 

Dua hal yang sangat berbeda dan bertentangan akhirnya bertemu dalam pengadilan. Sudut pandang medis dan agama, Epilepsi atau Kerasukan ? Erin harus dapat membuktikan bahwa Father Moore tidak bersalah dalam kasus Emily. Sementara Ethan, dengan berpegang pada semua yang logis menyangkal semua yang telah dilakukan oleh Father Moore. Tidak mudah memang bagi Erin untuk membuat hal-hal yang diyakini sebagai iman kepercayaan dalam agama menjadi sesuatu yang logis dalam sebuah pengadilan. Apalagi Erin sendiri adalah seorang yang tidak beragama, lebih tepatnya seorang agnostic. 


Review :
Di dunia perfilm'an sudah tidak terhitung film Horor yang mengangkat tema tentang eksorsisme, beberapa diantaranya seperti The Exorcist (1973), The Last Exorcism (2010), Exorcismus (2010), The Rite (2011) dan masih banyak lagi yang lain. Dari semua film itu, saya hanya pernah menonton The Exorcist (1973), The Rite (2011) dan The Exorcism of Emily Rose (2005). Dari ketiganya, The Exorcism of Emily Rose (TEoER) lah yang paling membuat saya berkesan. Mengapa? Karena TEoER menawarkan sesuatu yang berbeda dari yang lain. Film yang diangkat berdasarkan kisah nyata pada tahun 1975 yang menimpa seorang wanita muda Jerman bernama Anneliese Michel ini juga mengusung sisi kriminal dan drama yang tersampaikan melalui kisah Father Moore selama proses peradilan. Bahkan menurut saya, kisah Father Moore lebih menarik diikuti daripada proses eksorsime itu sendiri.

<img src="The Exorcism of Emily Rose.jpg" alt="The Exorcism of Emily Rose Anneliese Michel">
Anneliese Michel
(Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Anneliese_Michel)
<img src="The Exorcism of Emily Rose.jpg" alt="The Exorcism of Emily Rose Anneliese Michel ketika mengalami peristiwa mengerikan">
Anneliese Michel ketika mengalami peristiwa mengerikan
Epilepsi atau Kerasukan?

Lalu, apakah dengan begitu TEoER kehilangan nuansa horornya? Ooo tentu saja tidak, jangan kuatir, kita akan tetap dapat merasakan sentuhan horor yang tersampaikan secara bergantian dengan kisah Father Moore. Hal-hal klise eksorsisme, seperti kerasukan, pengusiran setan, tubuh yang bisa melekuk-lekuk, berbicara dengan banyak bahasa dan jenis suara yang bisa berubah-ubah dan waktu yang selalu berhenti pada saat yang sama setiap harinya juga ada dalam TEoER. Justru karena bergantian dengan kisah Father Moore, kehadiran nuansa horor TEoER menjadi tidak dapat diprediksi, itulah yang membuat TEoER menjadi lebih menegangkan, mengejutkan sekaligus menakutkan. Saya menonton film ini sekitar jam 8 malam dan TEoER berhasil membuat saya merasa takut terutama ketika Emily pertama kali mengalami peristiwa mengerikan di asramanya seorang diri.

<img src="The Exorcism of Emily Rose.jpg" alt="The Exorcism of Emily Rose Father Moore">
Father Moore (tengah) didampingi Erin Bruner (kiri) dalam persidangan

Konflik permasalahan dalam TEoER mengenai dua hal berbeda yang membelit Father Moore selama peradilan dapat membangun dan menjaga rasa penasaran penonton hingga film berakhir. Siapa yang menjadi pemenang? Apakah epilepsi ataukah kerasukan? Gambutrol ataukah Eksorsisme? TEoER mengembalikannya lagi kepada penonton untuk menentukan siapa yang menjadi pemenang. Yang jelas dari TEoER, dapat diambil kesimpulan bahwa antara agama, khususnya iman tidak akan dapat pernah dijelaskan secara ilmu pengetahuan (logis), keduanya tidak akan pernah bertemu karena memang sangat berbeda. Satu yang saya suka dari TEoER, film ini tidak memberikan 1 jawaban mutlak dari keduanya kepada penonton. TEoER tidak ingin mengubah pilihan penonton atas pegangan hidupnya, apakah ia seorang yang agamis, agnostic atau malah bukan keduanya (atheis) yang berpegang pada sesuatu yang logis. Bahkan bisa jadi, setelah menonton TEoER, penonton akan semakin dikuatkan pada pilihan pegangan hidupnya masing-masing. Simak saja ketika Emily bertemu dengan seseorang yang diyakininya sebagai Bunda Maria, atau argumen-argumen logis yang disampaikan oleh Ethan, atau argumentasi tentang kasih yang disampaikan Erin kepada dewan juri di peradilan, sangat brilliant menurut saya, kasih ya kasih siapapun pasti memilikinya, entah dia seorang agamis, agnostic atau bahkan atheis.

Itulah beberapa alasan yang membuat saya berkesan dengan TEoER, mungkin itu juga yang membuat seseorang yang menganjurkan saya menonton film ini sangat menyukai film ini hingga menontonnya sampai 5 kali. hehe.. :D.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar