3 Juli 2014

The Omen (1976)

Seri The Omen, Horor Klasik Favoritku Sejak Kecil
<img src="The Omen.jpg" alt="The Omen Cover">
Skor       :  8.0 / 10
The Omen (1976) on IMDb 
Dulu, ketika masih kecil (lupa tepatnya umur berapa), saya pernah menonton The Omen dari sebuah stasiun televisi. Perasaan saya ketika menonton pastinya takut, tapi karena penasaran, saya tetap menonton. Masalah nantinya terbayang-bayang, aarggh.. itu urusan nanti pikirku. Sampai sekarang, kebiasaan "urusan nanti" itu masih terbawa saat menonton film horor. Saya juga tidak pernah kapok menonton film horor. Seperti yang pernah saya alami ketika 1 malam tidak bisa tidur seusai menonton The Conjuring, sepele masalahnya, saya membayangkan kaki saya ditarik dari bawah selimut seperti adegan dalam The Conjuring atau ketika tidak berani keramas setelah menonton Ju-On hehe.. Nah, The Omen ini juga sama, tapi rasa takut itu terbayar dengan rasa puas yang didapat setelah menonton. Filmnya bagus, jadinya semenjak kecil, The Omen sudah menjadi salah satu film horor favoritku. 


Karena sudah lupa ceritanya, beberapa hari yang lalu saya kembali menonton ulang film ini. Meskipun dengan susah payah, akhirnya saya mendapatkan juga tiga seri lengkap The Omen. Menurut saya, The Omen masih tetap bagus meski ditonton berulang kali. Oke langsung saja, apa saja yang membuat The Omen bagus. 

Di bagian pembukaan, tepatnya ketika baru nama-nama pemain dan judul ditampilkan hingga film dimulai, penonton sudah diperdengarkan dengan lagu pengiring yang bukan main bagusnya. Tidak tanggung-tanggung, lagunya dinyanyikan kelompok paduan suara, terdengar seperti lagu gereja (kalau tidak salah, karena liriknya tidak seberapa jelas karena vokal nya begitu bulat), terdengar megah, pastinya merdu tapi juga membuat merinding. Koq merinding? Ya, karena tempo musiknya semakin cepat dan volume nya semakin keras mendekati akhir. Menurutku, The Omen termasuk film horor yang tidak menelantarkan pentingnya musik latar dalam sebuah film. Percaya atau tidak, bagi saya pribadi, suasana yang ingin dihadirkan dalam suatu cerita seperti bahagia, sedih, tegang dan menakutkan dapat diperkuat dengan kehadiran musik latar yang hadir di saat yang tepat. Ya, itulah yang saya rasakan dalam The Omen.

Jika kebanyakan film horor memiliki atau bahkan hanya mengandalkan karakter berwajah menyeramkan, tapi tidak dengan The Omen, tidak ada satupun karakter menyeramkan. Catat ya, tidak ada!!. Jadi, tidak menakutkan? Jangan khawatir, The Omen masih tetap berhasil menciptakan nuansa horor melalui setting properti, tempat seperti gedung kuno, gereja dan area makam. Pencahayaan yang minim, suara, musik, adegan dan juga ceritanya juga mendukung. Yang paling saya suka adalah pengambilan gambar seekor anjing yang berjalan di dalam lorong rumah ketika gelap, sempurna membuat bulu kuduk merinding. Saya jadi lupa dengan lucunya anjing peliharaan di rumah. Dan satu lagi, karena The Omen film jadul, gambarnya masih berbintik dan terlihat suram, tambah mantap deh nonton horor nya. hehe..


<img src="The Omen.jpg" alt="The Omen Area Pemakaman">
Area Pemakaman
<img src="The Omen.jpg" alt="The Omen">
The Omen

Dari pemain, saya hanya mengetahui nama Gregory Peck, saya pernah menonton salah satu filmnya, King David. Aktingnya di sini, cukup lumayan meskipun tidak terlalu istimewa karena perhatian saya justru dicuri oleh mimik wajah pemeran si anak setan, Damien (Harvey Stephens), kadang terlihat tidak berdosa tapi ketika dia harus tersenyum sinis atau marah, dapet banget. Dari The Omen ini pula, Stephens berhasil masuk nominasi Golden Globe di tahun 1977.


<img src="The Omen.jpg" alt="The Omen Aksi Harvey Stephens sebagai Damien">
Aksi Harvey Stephens sebagai Damien

Cerita yang ditulis oleh David Seltzer ini memang klise, keturunan iblis yang menjelma menjadi manusia. Tapi yang membuat istimewa adalah target lingkungan sosial yang dibidik oleh Seltzer, sangat tepat sasaran, cerdik malahan, yaitu sebuah keluarga yang berpengaruh di dunia politik. Tentu saja ini bukan sekedar kebetulan belaka, dengan kekuasaan semua dapat dilakukan. Dengan kekuasaan segalanya lebih mudah. Bukan juga suatu kebetulan jika dari situ, saya akhirnya mendapatkan pesan yang ingin disampaikan dari The Omen. Sekali lagi, tidak semua film horor memiliki muatan pesan yang ingin disampaikan. The Omen mengingatkan bahwa sesuatu yang jahat akan lebih mudah muncul ketika seseorang memiliki kekuasaan. Itulah mengapa Seltzer membidik keluarga duta besar Thorn sebagai cikal bakal tumbuhnya anak setan, Damien.

Itulah beberapa poin yang membuat saya begitu menyukai film ini. Sampai bertemu di sekuel lanjutan, The Omen yang kedua :)  



AWAS SPOILER!!! 
(Jangan membaca yang ada di bawah ini, jika Anda belum menonton film ini karena dapat mengurangi kenikmatan Anda dalam menonton film)


Roma, 6 Juni pukul 6 pagi, politikus Robert Thorn (Gregory Peck) mendapat kabar duka kalau anaknya yang baru lahir baru saja meninggal. Karena takut istrinya, Katherine Thorn (Lee Remick) terpukul dan kecewa, Robert menerima saran dari seorang Pastor untuk mengadopsi seorang bayi yang juga lahir di waktu yang sama dengan anaknya. Robert mengadopsi anak itu dan menyembunyikan identitas aslinya dari Katherine. Anak itu diberi nama Damien (Harvey Stephens). 

Beberapa tahun berlalu dan semuanya berjalan dengan baik, Robert diangkat menjadi duta besar Inggris. Mereka sekeluarga pindah ke Inggris. Hingga sebuah tragedi terjadi pada saat perayaan ulang tahun Damien. Holly, pengasuh Damien seperti kerasukan, menggantung lehernya sendiri dan melompat dari atas rumah. Damien dan beberapa anak yang hadir di acara ulang tahun itu melihatnya, histeris dan menangis seketika. Di saat yang bersamaan tanpa diketahui oleh siapapun, Damien melihat dan begitu akrab dengan seekor anjing liar berwarna hitam.


<img src="The Omen.jpg" alt="The Omen Holly menggantung lehernya dan melompat dari atas rumah">
Salah satu adegan mengerikan dalam The Omen
Holly menggantung lehernya dan melompat dari atas rumah

Keesokan harinya, Pastor Brennan (Patrick Troughton) pergi menemui Robert dan memberitahu Robert untuk secepatnya mengakui Kristus, mengambil Perjamuan Kudus, memakan tubuh dan meminum darah Kristus. Pastor Brennan memberitahu Robert bahwa Damien adalah anak iblis. Pastor Brennan mengaku ia mengetahui semua tentang identitas Damien, termasuk siapa orang tua Damien yang sebenarnya. Menurut Pastor Brennan hanya Robert yang dapat menghentikan Damien sebelum Damien kembali membunuh. Tapi Robert merasa terancam dan khawatir identitas Damien akan terbongkar, maka ia mengusir Pastor Brennan dan menganggap Pastor Brennan sudah mengatakan hal yang tidak masuk akal.

Setelah tragedi Holly, peristiwa-peristiwa janggal mulai datang bergantian. Diawali dengan datangnya Baylock secara misterius sebagai pengganti Holly ke rumah Thorn. Baylock sangat over protected kepada Damien. Ternyata Baylock adalah sekutu Damien yang berusaha menjaga keselamatan Damien yang mulai terancam. Baylock juga mengambil dan memelihara anjing liar yang pernah dilihat Damien sebelumnya. Baylock tidak segan-segan membantah Katherine demi melindungi Damien, termasuk ketika Katherine mengajak Damien pergi ke gereja di hari Minggu. Dengan susah payah Katherine dan Robert berhasil mengajak Damien ke gereja, meskipun akhirnya Damien yang ketakutan karena melihat atribut-atribut suci sejak masuk halaman gereja langsung menyerang dan melukai Katherine. Katherine sangat shock. 

<img src="The Omen.jpg" alt="The Omen Robert menemui Pastor Brennan">
Robert menemui Pastor Brennan
Robert mulai merasa ada yang tidak beres dengan Damien karena Damien tidak pernah sakit. Robert akhirnya mulai mempercayai perkataan Pastor Brennan setelah Pastor Brennan meramalkan tentang kehamilan Katherine. Pastor Brennan juga mengingatkan Robert akan keselamatan Katherine karena Damien akan berusaha menghalangi kelahiran anak kandung mereka. Damien akan membunuh anak mereka. 

Sementara itu, seorang wartawan yang selalu mengikuti kabar dan mengambil foto di setiap peristiwa yang menimpa keluarga Robert menemukan beberapa petunjuk yang muncul di setiap foto yang ia cetak. Petunjuk itu rupanya mengarah kepada korban-korban Damien selanjutnya. Ia menemui Robert dan memberi tahu apa yang ia lihat dalam foto-fotonya.

2 komentar: