29 Agustus 2014

Oh Boy (2012)

Oh Boy : Film Berlatar Keindahan Kota Berlin yang Sarat akan Ajaran Kehidupan
Skor       :  7.5 / 10
A Coffee in Berlin (2012) on IMDb 
Sinopsis :
Seorang pemuda pengangguran, mahasiswa Drop Out (DO) jurusan hukum, Niko Fischer, hidup lontang-lantung di Berlin tanpa tujuan. Suatu hari, kehidupan Niko berjalan tidak seperti biasanya. Niko menemui banyak masalah, permohonan ijin mengemudinya ditolak, kartu ATM-nya tertelan dalam mesin ATM, sementara ayahnya sudah tidak mau lagi membantu karena mengetahui statusnya yang DO. Bukan itu saja, Niko juga kesulitan mendapatkan secangkir kopi karena uangnya tidak cukup, mesin kopinya rusak atau sedang dibersihkan, bahkan beberapa kali kesempatan mendapatkan kopi gratis terlewat begitu saja oleh Niko.

<img src="Oh Boy.jpg" alt="Oh Boy Karakter Niko Fischer">
Karakter Niko Fischer dalam film Oh Boy
( Sumber : Festival Film German Cinema 2014)

Pada hari itu pula, Niko merasa bertemu dengan beberapa orang yang menurutnya aneh. Ada tetangga Niko yang tidak malu untuk sharing hingga menangis kepada Niko, padahal mereka baru bertemu dan berkenalan. Ada si jahil Matze yang mengajak Niko ke lokasi syuting film untuk mendapatkan peran. Niko juga bertemu dengan Julika, teman masa sekolah yang sepertinya masih menyukai Niko dan berusaha mendekati Niko. Julika wanita yang cantik, menarik dan memiliki tubuh ideal, tapi ia tidak pernah bisa lepas dari trauma masa lalu ketika ia masih memiliki berat badan yang over. Ditambah lagi pertemuan Niko dengan sepasang penipu di stasiun, sutradara sekaligus penulis pementasan yang sangat sensitif serta preman jalanan yang kurang ajar.

Semua yang dirasakan Niko hari itu seketika berubah setelah Niko bertemu dengan seorang pria tua mabuk di sebuah bar. Pria itu menceritakan kisah masa kecilnya yang selalu membekas dalam ingatannya kepada Niko. Ketika pria itu hendak pergi meninggalkan bar, sebuah peristiwa mengejutkan terjadi dan untuk pertama kalinya Niko merasa ikut bertanggung jawab. Peristiwa itu telah mengubah sikap Niko yang awalnya apatis dan menganggap aneh orang-orang di sekitarnya. Keesokan paginya, Niko sedang duduk di sebuah kafe sambil menikmati secangkir kopi.

" Apakah anda tahu rasanya bagaimana ketika merasa bahwa semua orang di sekitar anda, jujur, agak aneh? Tetapi ketika anda memikirkannya, jelas bahwa masalahnya dengan diri sendiri ", Niko Fischer


Review :
Oh Boy adalah film drama komedi berbahasa Jerman yang juga dikenal dengan judul A Coffee in Berlin. Oh Boy diputar di beberapa kota besar di Indonesia dalam rangkaian Festival Film German Cinema 2014 yang diselenggarakan mulai tanggal 22 Agustus dan berakhir pada tanggal 31 Agustus. Film yang merupakan debut dari sutradara asal Jerman, Jan-Ole Gerster ini dirilis pada tanggal 1 November 2012. Oh Boy diproduksi dengan tampilan klasik hitam putih. Nuansa eksklusif Oh Boy dibangun Gerster melalui pemilihan beberapa komposisi musik jazz sebagai soundtrack film, seperti yang dibawakan oleh penyanyi Cherlyn MacNeil dan grup The Major Minors. Jadilah Oh Boy sebuah karya seni yang unik, seni modern yang dikemas secara klasik dan eksklusif. Iringan musik jazz di sela-sela cerita semakin mempermanis dan memperjelas suasana yang diusung Oh Boy, maka tidak mengherankan jika Oh Boy berhasil meraih penghargaan kategori Best Film Score di tahun 2013 dalam German Film Award.


<img src="Oh Boy.jpg" alt="Oh Boy Booklet, stiker dan tiket film Oh Boy Festival Film German Cinema 2014">
Booklet, stiker dan tiket film Oh Boy
Festival Film German Cinema 2014 

Melalui Oh Boy, Gerster menyajikan film dengan latar belakang keindahan kota Berlin. Ada beberapa lokasi pengambilan gambarnya yang dilakukan di tengah keramaian dan kesibukan kota Berlin di pagi hari, seperti lalu-lalang kendaraan pribadi, trem, kereta api, pejalan kaki, toko dan tempat makan terbuka di sisi kiri kanan jalan yang dipenuhi pengunjung. Beberapa karya lukis dinding (mural) juga tidak luput dari pengambilan gambar. Penonton akan ikut merasakan suasana dan aktivitas kota Berlin meskipun hanya sebatas dalam film. Sejenak penonton seperti lupa tengah menyaksikan film hitam putih karena melihat indahnya kota Berlin.

Dari sisi pemain, ada nama Tom Schilling yang memerankan Niko. Aktor berperawakan mungil dan berwajah baby face ini bermain dari hati dan sangat total, pantas saja sejumlah penghargaan berhasil ia raih lewat Oh Boy, Oldenburg Film Festival 2012, German Film Awards, Bavarian Film Award dan Bambi Awards di tahun 2013. Schilling berhasil merepresentasikan style, aksen dan karakter Niko yang apatis dan cuek. Chemistry antara Schilling dengan pemain yang lain, Friederika Kempter, Marc Hoseman dan Michael Gwisdek juga terbentuk dengan apik.

Inti cerita Oh Boy yang juga ditulis oleh Gerster sendiri ini adalah masalah-masalah yang biasanya muncul dalam kehidupan, kegagalan, putus asa, trauma, kecewa, ditertawakan, diremehkan dan dikucilkan. Meskipun cerita hanya mengambil masa 1 hari dalam kehidupan Niko, dengan durasi film yang hanya 88 menit, Gerster mampu membangun jalinan kisah dengan baik dan berhasil menyampaikan inti cerita kepada penonton. Setiap karakter yang hadir dalam kehidupan Niko, datang berurutan silih berganti pada waktu yang pas. Setiap karakter memiliki masalah yang disampaikan dengan jelas melalui dialog-dialog yang terjadi di antara mereka. Meskipun tidak semua karakter saling berkaitan, tapi keberadaan karakter-karakter itu tidak membuat Oh Boy keluar dari inti cerita. Alur cerita bergerak maju, terasa sangat lambat hingga mencapai konflik puncak pada saat film hampir berakhir. Konflik yang paling seru dalam film ini adalah konflik antara Niko dan Julika. Sedangkan yang paling menyentuh adalah konflik antara Niko dan pria tua mabuk yang pada akhirnya dapat mengubah karakter Niko.

Meskipun bertutur tentang masalah kehidupan, Gerster tidak ingin penonton merasa terbebani dengan konflik yang ditampilkan atau malah mungkin merasa bosan dan tertidur karena alur cerita yang bergerak sangat lambat. Gerster menambahkan beberapa sentuhan humor-humor kecil nan segar dalam Oh Boy, seperti adegan ketika Niko berada di mesin ATM atau adegan dimana Niko selalu gagal mendapatkan kopi, atau ketika Niko menghadiri sesi interview bersama psikolog. Kesemuanya itu sesaat dapat mengalihkan perhatian penonton dari beratnya konflik dalam film.

Lebih dalam lagi tentang Oh Boy, sebuah pelajaran berharga tentang kehidupan dapat ditarik dari film ini. Kehidupan memang tidak pernah lepas dari masalah, setiap orang pasti memiliki masalah. Tidak jarang masalah itu membuat orang menjadi tampak aneh. Apakah benar orang lain dalam masalah ataukah memang kita yang bermasalah ? Jika kita sudah menyadarinya, apakah kita akan tetap bersikap apatis ?. Oh Boy mengajak kita untuk menyadari masalah dan tidak membiarkan masalah itu malah menghancurkan kita. Sebaliknya, jadikanlah masalah itu sebagai cambuk untuk menjadi lebih maju dan dewasa. Hidup adalah tanggung jawab masing-masing pribadi, bukan orang lain. Itulah ajaran yang bisa ditangkap dari Oh Boy. Simak saja ketika Julika berusaha memperjuangkan harga dirinya atau ketika ayah Friedrich mengajarkan anaknya untuk dapat survive ketika menghadapi pandangan remeh orang lain.

Dengan segala kelebihannya, Oh Boy juga memiliki kekurangan yang terletak pada sulitnya mendapatkan inti dan menangkap maksud dan pelajaran yang ingin disampaikan melalui cerita. Bagi sebagian orang mungkin dapat langsung menangkap maksud Oh Boy dengan hanya sekali menonton, tapi bagi yang lain mungkin perlu menonton lebih dari sekali. Apalagi gambaran Niko di akhir film yang tiba-tiba sedang duduk di sebuah kafe dan berhasil mendapatkan secangkir kopi memberi kebebasan imajinasi kepada penonton untuk menarik kesimpulan. Alur Oh Boy yang berjalan lambat dan cerita yang sarat dialog-dialog khas drama bagi sebagian orang mungkin sulit untuk dinikmati dan cenderung membosankan.

Sebagai kesimpulan, saya merekomendasikan Oh Boy sebagai alternatif tontonan bagi mereka yang sangat menyukai film drama dengan dialog-dialog yang sarat akan ajaran tentang kehidupan. Tentunya akan sangat sayang sekali melewatkan film berkualitas karya Gerster ini, apalagi setelah mengetahui banyaknya nominasi dan penghargaan yang berhasil diraih oleh Oh Boy, terutama oleh sang sutradara, Jan-Ole Gerster.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar