23 Juni 2014

The Man in the Iron Mask (1998)

Nikmatnya Tidak Ada Sangkut Paut Sama DiCaprio, tapi Sama The Four Mas Getir
<img src="The Man in the Iron Mask.jpg" alt="The Man in the Iron Mask Cover">Skor       :  9.0 / 10
The Man in the Iron Mask (1998) on IMDb 
Dalam rangka menggenapi janji kepada diri sendiri sebagai penggemar berat Leonardo DiCaprio, untuk tidak melewatkan satupun film yang dimainkan DiCaprio, beberapa hari yang lalu saya menyempatkan menonton satu film DiCaprio lagi. Kali ini saya memilih filmnya yang agak berbeda dari biasanya, The Man in the Iron Mask. Kenapa koq berbeda? Ya karena dari sekian film yang ia mainkan, hanya 2 saja yang bertema kerajaan, Romeo and Juliet dan The Man in the Iron Mask. Berbeda dengan perannya ketika bermain sebagai Romeo dalam Romeo and Juliet, kisah cinta remaja bangsawan yang romantis, peran DiCaprio kali ini lebih menantang. Ia berperan sebagai seorang raja Perancis yang angkuh, kejam dan semena-mena kepada rakyatnya. Tidak tanggung-tanggung, dua karakter dengan watak berbeda harus diperankan DiCaprio, raja Louis dan Philippe.  

<img src="The Man in the Iron Mask.jpg" alt="The Man in the Iron Mask DiCaprio sebagai Louis XVI">
DiCaprio sebagai Louis XVI

Tapi alih-alih biasanya saya puas dengan akting DiCaprio, kali ini perasaan saya biasa saja, malah cenderung kecewa. Menurutku, tidak semua karakter raja Louis berhasil dibawakan DiCaprio, hanya watak playboy Louis yang berhasil dimainkan dengan baik. Tampaknya, sorot mata tajam DiCaprio sangat menunjang untuk peran playboy, hehe. Adegan ketika Philippe harus menangis juga terlihat kaku, padahal di The Basketball Diaries, DiCaprio bisa menangis dengan begitu luwes. 

Kali ini, saya justru kepincut dengan karakter The Four Mas Getir ^_^ atau tepatnya The Four Musketeer. The Four Musketeer adalah empat orang sahabat, Aramis (Jeremy Irons), Athos (John Malkovich), Porthos (Gerard Depardieu) dan D'Artagnan (Gabriel Byrne). Mereka adalah pengawal senior raja Perancis yang sangat terkenal dan jago bermain pedang. Mereka sangat setia dan sudah mengabdi selama bertahun-tahun kepada raja Perancis. Mereka selalu kompak hingga memiliki slogan khas, " ALL FOR ONE, ONE FOR ALL". 


<img src="The Man in the Iron Mask.jpg" alt="The Man in the Iron Mask All for One One for All">
The Quote " All for One, One for All "

Nah yang buat aku kepincut itu, sebagai sahabat kental yang sudah menghabiskan waktu bersama bertahun-tahun, chemistry mereka dapet banget. Perbedaan watak diantara mereka bisa saling melengkapi. Joke-joke segar yang terjadi di antara mereka begitu menghibur. Sutradara Randall Walace berhasil menggambarkan karakter mereka dengan sangat jelas dan kuat. Si bijak dan setia D'Artagnan, si cerdik Aramis, si temperamen Athos dan Porthos yang apa adanya, kocak dan playboy.

Dari keempat Musketeer itu, saya paling menyukai Athos karena karakternya sangat manusiawi. Athos tidak terlihat begitu baik tapi juga tidak begitu buruk, ada kelebihan dan kekurangan. Selain itu, ada beberapa ucapan Athos yang menyentuh seperti "Ketika kita mengangkat pedang, itu bukan hanya soal membunuh tapi juga mengampuni". Saya semakin trenyuh dan tidak bisa berkata apa-apa ketika melihat karakter sekeras Athos juga ditampilkan bisa tersentuh hatinya dan menangis.  


<img src="The Man in the Iron Mask.jpg" alt="The Man in the Iron Mask Athos">
Athos

Dari sisi storyline, The Man in the Iron Mask termasuk salah satu film yang memiliki storyline yang bagus, meskipun masih mudah untuk ditebak. Semuanya diceritakan dengan berurutan, ada sedikit penarikan ke masa lalu tapi tetap jelas, tidak terlalu cepat sehingga mudah diikuti. Konflik ceritanya cukup menarik dan kompleks, raja yang lalim, cinta terlarang, identitas yang dirahasiakan, kesetiaan dan persahabatan. Semuanya ditampilkan dengan sangat jelas dan terselesaikan di waktu yang tepat.  

Salah satu kelebihan yang tidak selalu ditemui dalam sebuah film adalah dialog-dialog yang dapat membangun emosi penonton. The Man in the Iron Mask termasuk dalam salah satunya. Tidak sedikit dialog yang diucapkan oleh Athos dan D'Artagnan mampu membangkitkan emosi penonton. Begitu gamblang, tepat sasaran dan mewakili apa yang juga penonton rasakan. Salah satunya ketika D'Artagnan berkata "Apakah mereka benar-benar mencintaimu atau karena kekuasaanmu?". "Bukan sesuatu yang tidak mungkin jika seorang pria pernah satu kali benar-benar mencintai seorang wanita di dalam hidupnya". Mak jlleebbb dan dalem menusuk rasanya, meskipun saya bukan seorang pria, hehe. Atau saat D'Artagnan mengatakan "Ya, menjadi ayah adalah sebuah anugerah, yang hanya bisa aku bayangkan". Atau saat Athos mengatakan "Kami memiliki impian yang sama, melayani seorang raja yang memang pantas menjadi raja"

Buat saya, film ini adalah satu-satunya film DiCaprio yang nikmatnya tidak ada sangkut paut sama sekali dengan keberadaan DiCaprio (sampai saat ini, dari film-film DiCaprio yang pernah saya tonton), meskipun saya penggemar DiCaprio. 

I love this movie, especially The Four Mas Getir hehe.



AWAS !!! BERIKUT INI ADALAH SPOILER !!

Setelah bertahun-tahun melayani Raja Perancis, The Four Musketeer berpisah dan memilih jalan hidup masing-masing. Aramis memilih menjadi pendoa, Porthos hidup dengan kenikmatan duniawi, Athos hidup bersama anak tunggalnya, Raoul dan D'Artagnan masih setia menjadi pengawal dan melayani Raja Louis XVI. 

Louis XVI adalah raja yang angkuh, tidak bijaksana dan tidak mementingkan kepentingan rakyat. Ia gemar berpesta meskipun rakyatnya dalam kemiskinan dan kelaparan karena peperangan dan pemberontakan. Waktu itu, Louis XVI mengetahui kelompok Jesuit lah yang menjadi penyulut pemberontakan. Ia meminta bantuan kepada Aramis untuk membunuh pemimpin Jesuit.

Dalam sebuah pesta, Louis XVI melihat tunangan Raoul, Christine. Louis XVI jatuh hati kepada Christine dan mengatur agar Raoul berada di barisan depan ketika berperang. Siasat Louis XVI berhasil, Raoul tewas terbunuh dan memboyong Christine ke istana. Athos menjadi murka dan ingin membalaskan kematian anaknya. Tapi sayang, D'Artagnan berhasil menggagalkan niat Athos.

Dalam sebuah kesempatan, Aramis mengumpulkan The Four Musketeer di sebuah tempat rahasia. Ia mengajak Porthos, Athos dan D'Artagnan untuk menggulingkan Louis XVI yang keji. Aramis juga mengakui kalau pemimpin Jesuit yang diburu Louis XVI adalah dirinya sendiri. D'Artagnan tentu saja menolak, ia memilih untuk setia dan berjanji kepada tiga sahabatnya untuk melindungi Louis XVI hingga penghabisan.

Jadilah Aramis, Porthos dan Athos bergabung dan menyusun rencana untuk memberontak. Sebuah rahasia besar masa lalu yang selalu disimpan Aramis rapat-rapat, mereka jadikan jalan untuk menggulingkan Louis XVI tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk D'Artagnan.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar